Setelah menikah Dina tinggal bersama dengan suami dan ibu mertuanya. Pada mulanya Dina kira tinggal dengan mertua dapat meringankan bebannya, setidaknya makan malam telah tersedia ketika ia pulang kerja. Akan tetapi kenyataanya tidak demikian, setiap hari ibu mertua Dina menunggu Dina pulang kerja untuk menyediakan makan malam. Sebenarnya Dina merasa kecewa, namun ia tidak berkata apapun, ia hanya bisa membayangkan andai saja ibunya masih hidup, mungkin ia bisa menyantap masakan sang ibu sepulangnya dari kantor.
Pagi itu adik ipar Dina yang telah menikah datang main ke rumah dan menjelang siang adik iparnya menelpon minta agar Dina segera ke rumah sakit dan membawa uang untuk membayar biaya perawatannya. Dina pun segera menuju ke rumah sakit dan ketika bertemu dengan sang adik ipar Dina bertanya,"Mama kok bisa jatuh?" Adik ipar Dina tidak menjawab pertanyaan tersebut, namun berkata bahwa ibunya baik-baik saja, ia hanya perlu di gips dan dirawat inap hingga gegar otak ringannya sembuh.
Menjelang sore adik ipar Dina pamit pulang dengan alasan hendak menjemput anaknya dan berjanji akan kembali esok pagi. Setelah pulang kerja suami Dina segera menyusul ke rumah sakit dan menyuruh Dina pulang untuk beristirahat sejenak dan membawakan pakaian ibu mertuanya.
Ketika Dina kembali ke rumah sakit, ibu mertuanya menyuruh suami Dina pulang beristirahat dan berkata cukup Dina saja yang menjaganya. Dina tidak keberatan dan menyuruh suaminya pulang. Tak disangka hari itu Dina harus terjaga semalaman karena sang ibu mertua setiap beberapa jam sekali terbangun dan teriak kesakitan. Tak hanya itu, ibu mertuanya bahkan minta dipindahkan ke ruang VIP dengan alasan tidak nyaman tinggal bersama orang lain! Walau biaya ruang VIP jauh lebih mahal, namun Dina rela membayarnya agar sang ibu mertua bisa istirahat dengan tenang.
Keesokan paginya Dina pergi meninggalkan ibu mertua di kamar sendirian untuk membeli makan pagi. Ketika Dina kembali dan hendak membuka pintu kamar, ia mendegar sang ibu mertua tengah bercakap-cakap dengan adik iparnya yang datang ketika Dina sedang keluar. "Kamu jaga ibu sampe sore aja, nanti biar digantiin sama Dina, kamu jangan kecapean." Kata ibu mertua Dina. Adik ipar Dina menjawab,"Bu, aku juga sebenernya mau temenin ibu, tapi ibu tau kan aku harus temenin Rio buat PR. Oh iya, ibu inget yah jangan bilang ke kakak ipar kalau ibu jatuh gara-gara masak buat aku." Dina sangat kaget mendengar hal tersebut, akan tetapi ia lebih kaget lagi ketika mendengar sang ibu mertua berkata,"Ibu kamu gak bego nak! Ibu gak pernah masak buat Dina, mana mungkin ibu bilang ke dia? Asalkan kita berdua gak ngomong, gak akan ada yang tau! Oh iya, uang hadiah ulang tahun ibu dari Dina nanti ibu kasih ke kamu buat beli keperluan Rio."
Rina diam terpaku, uang tersebut adalah uang yang diberikan ayah Dina ketika ia keguguran untuk perawatan tubuhnya. Ketika itu ibu mertua Dina berkata bahwa Rio sedang sakit sehingga ia hendak tinggal di rumah adik ipar untuk membantu merawat Rio. Akhirnya Ria dirawat oleh ayahnya dan ketika Dina telah pulih barulah ibu mertuanya kembali ke rumah. Sebelum meninggalkan Dina, sang ayah memberikan uang tersebut kepada Dina yang kemudian Dina berikan kepada ibu mertua sebagai hadiah ulang tahunnya yang ke 50 tahun lalu.
Dina sangat terpukul mendengar pembicaraan tersebut. Selama ini Dina selalu baik terhadap mertuanya dan tidak pernah meminta agar ibu mertuanya menganggapnya sebagai anak sendiri, namun demikian apakah dengan demikian ibu mertuanya boleh memperlakukan dirinya seenaknya? Dina sangat kalut dan tak tahu bagaimana harus bersikap di kemudian hari, ketika itu Dina kembali teringat akan ibu kandungnya. Andai saja ibu kandung Dina masih hidup…
Sumber : Cerpen.id